Rabu, 29 Juni 2011

Tari Kuda Alas

Sebuah tarian yang menggambarkan bagaimana binal dan liarnya kuda-kuda yang hidup di padang rumput terbuka atau di hutan – hutan yang lebat pepohonannya. mereka satu sama lain saling bersaing untuk mengusai padang rumput dan tak jarang terjadi perkelahian. Namun akhirnya kelompok – kelompok yang bertikai itu rukun bersatu. Karena mereka adalah satu jenis bernama kuda. Tarian ini adalah sebuah tarian kreasi baru yang diolah bersumber dari gerak-gerak tari rakyat atau tarian tradisional, seperti pada tarian wayang gong (wayang oarang) dan kuda gepang. Tarian ini kental sekali di dalam masyarakat Banjar. Tarian ini dipertunjukkan saat perayaan hari-hari besar baik daerah, nasional atau p[un acara hiburan lainnya.

Terdapat Unsur Budaya dan Biblis Teologis

Gereja kebanggaan masyarakat Mimika umumnya umat Katolik Keuskupan Timika yang telah diresmikan, memiliki banyak keunikan yang menarik diungkap. Nilai kesakralan Rumah Tuhan itu terlihat dari fisik bangunan. Mulai dari desain dan anatomi bangunan, terdapat nilai-nilai Biblis/Teologis, dan gedung termegah yang berdiri kokoh di jantung Kota Timika itu mengakomodir unsur budaya suku-suku setempat.
Sejak beberapa hari sebelumnya, ribuan orang dari berbagai daerah tumpah ruah di Kota Timika. Mereka datang untuk merayakan peresmian dan pemberkatan Gereja Katedral Tiga Raja yang dipimpin Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli.

Wartawan Papuapos Nabire yang ikut meliput kegiatan itu, menyaksikan dari dekat kemegahan gedung Gereja Katedral Timika. Bangunannya tergolong megah, karena selain desain bangunan yang memadukan gaya modern dan tradisional, ternyata pembangunannya memakan waktu kurang lebih lima tahun lamanya.
Bahkan biaya yang dibutuhkannya juga tidak sedikit. Menurut laporan pihak panitia, total anggarannya Rp25 Miliar. “Secara keseluruhan, gereja ini menghabiskan dana Rp25 Miliar,” kata Ketua Panitia Pembangunan/Perayaan Konsekrasi Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Andreas Hindom.


Tinjauan Budaya Lio Ende Flores NTT Tentang Bumi

Tanah, udara, api, dan air tak dapat dilepaspisahkan dari keberlangsungan hidup tumbuhan, hewan, dan manusia. Keempat unsur material tersebut an sich tidaklah cukup untuk memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Tetapi, keempat material itu membutuhkan keterangan sebagai berikut: tanah yang subur, udara yang bersih, api yang tidak kebesaran, dan air yang sehat bila orang hendak berbicara tentang keberlangsungan makhluk hidup yang lebih baik. Tanah yang subur, udara yang segar, panas yang menghangatkan, air yang sejuk dapat ada bila bumi menyediakannya.

Persoalan muncul tatkala manusia menghadapi kenyataan tanah menjadi tandus akibat dari adanya erosi, hutan dibasmi akibat dari penebangan dan pembakaran liar, air menjadi kotor akibat dari limbah industri, udara menjadi tidak higienis akibat asap pabrik dan kendaraan yang semakin bertambah, lapisan ozon kian menipis, musim mulai tak teratur pergerakannya. Bahkan kenyataan mengenai pemanasan global menjadi isu yang sungguh mengagetkan, mengerikan, dan membawa harapan negatif bagi keberlangsungan bumi ini.
Pertanyaan kita adalah apa atau siapa penyebab dari situasi alam dan lingkungan yang kian ‘amburadul’ ini? Penyebab atau akar masalahnya sekurang-kurangnya ada dua, yakni pertama, dari alam itu sendiri berupa gempa bumi dan bencana alam yang tak terduga lainnya; kedua, dari pihak manusia yang durjana dan egois.

5 Danau Terluas di Indonesia

Anda pernah mengunjungi Danau Toba? Pastinya Anda akan terkesima saat menyaksikan keindahan dan luas dari Danau yang paling terkenal di Indonesia tersebut. Selain Danau Toba, Indonesia memiliki beberapa danau luas lainnya. Berikut adalah 5 danau terluas di Indonesia:

1. Danau Toba-Sumatera Utara (107.216 ha)
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

2. Danau Towuti-Sulawesi Tengah (59.840 ha)
Danau Towuti adalah sebuah danau yang terletak di Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara administratif, danau ini terletak di Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan Danau Towuti merupakan bagian dari Taman Wisata Alam Danau Towuti, yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan, di bawah Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

3. Danau Sentani-Papua (34.375 ha)
Danau Sentani adalah danau terbesar di Papua yang juga merupakan daerah tujuan wisata paling terkenal di pulau berbentuk kepala burung tersebut. Sentani juga merupakan lokasi pelaksanan festival Sentani yang sangat populer di Papua.

4. Danau Poso-Sulawesi Tengah (34.280 ha)
Danau Poso merupakan sebuah danau yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Poso. Danau ini terletak pada ketinggian 657 m diatas permukaan laut.

5. Danau Matana-Sulawesi Selatan (16.640 ha)
Danau Matana adalah sebuah danau yang terletak di Soroako, Kab. Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Danau ini memiliki kedalaman 590 meter. 





Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya Suku Asmat

 Suku-suku yang mendiami pantai, gunung, dan hutan dimana terdapat perang adat antara suku Asmat dan Dani. baik itu pendidikan anak, sosial ekonomi, bahkan pusat kekuasaan mengatur tata kehidupan masyarakat dengan kata lain rumah bagi suku Dayak mmah . perubahan penataan ruang dalam rumah Betang ditinjau dari sudut budaya Desa Miau Baru adalah salah satu desa suku Dayak di Kalimantan dengan jumlah . Perlindungan kualitas kehidupan sosial budaya, ekonomi dan lingkungan keadaan alam dan hutan yang menggambarkan kehidupan budaya tradisional orang Dayak saya juga mencari .budaya dan tradisi suku Dayak memang unik, termasuk aspek organisasi sosial, perilaku sosial, seni, ekonomi dan kosmologi mereka.

(Yayasan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan) dan Yayasan Mitra b) Budaya dan Pola Kehidupan: masyarakat adat berasal dari suku Asmat yang oleh S Hongo - 2009kehidupan masyarakatnya masa lalu sangat tergantung dengan sungai, sebagai .sosial dan ekonomi terhadap involusi lahan adat Suku Dayak Tonyooi. Dengan keragaman data aspek budaya, sosial dan ekonomi yang bervarasi budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras ..Suku Dayak Basap yang diteliti bermukim di Dusun Bajang Tidung, 

Enam Gunung Berapi Ditemukan di Perairan Sangihe Talaud

Pemerintah Indonesia menemukan enam gunung berapi di bawah permukaan laut Perairan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Penemuan itu berkat penelitian yang dilakukan kerja sama antara Pemerintah RI dan Amerika Serikat selama 40 hari, yakni sejak 24 Juni lalu hingga 8 Agustus mendatang. Hanya saja dari keenam gunung tersebut, masih enam yang sudah diberi nama, yakni Gunung Kawio dan Gunung Naung. Gunung Kawio berada di bagian paling utara perairan tersebut dengan ketinggian sekitar 3400 meter. Jarak antara puncak gunung ke permukaan laut setinggi 2.000 meter. Sehingga kedalaman laut secara keseluruhan mencapai 5.400 meter.

Sedangkan Gunung Naung hingga saat ini belum diketahui tinggi, namun dipastikan lebih rendah dari Gunung Kawio. Sementara keempat gunung lainnya belum diberi nama dan ketinggiannya pun juga belum dihitung.

Motif Bungo Tanjung

Motif bunga tanjung ini banyak terdapat di daerah Sarolangun, Bangko, Bungo dan Tebo. Sesuai dengan namanya, kemungkinan si pencipta mengilhami idenya dengan bentuk bungo tanjung.
Secara pasti sulit ditemukan nara sumber yang dapat memberikan latar belakang serta tujuan motif ini ciptakan. Tapi dengan melihat ujud benda yang ada dapat disimpulkan beberapa kelebihan daya kreatifitas si penciptanya dalam menggubah dan menyusun bentuk-bentuk serta unsur-unsur yang ada sehingga menjadi satu kesatuan bentuk yang indah dan harmonis.
Motif bungo tanjung ini mempunyai kelebihan dibanding dengan motif lainnya. Jika motif Tampuk manggis mempunyai kelebihan dari segi penggarapannya, maka motif bungo tanjung ini mempunyai keistimewaan dalam penggubahan unsur dan elemen-elemen motif menjadi satu kesatuan bentuk uang indah dan harmonis. Motif ini mempunyai hampir keseluruhan bentuk dasar sebuah motif,   yaitu ;
  1. Pilin pokok bungo tanjung ini berawal dari bentuk buah atau ada yang dari bentuk daun tunas. Teknik penggarapannya berbentuk cembung diapit dengan bentuk pridi dan  lampit.
  2. Pada ujung pilin pokok ini terdapat bentuk keluk induk/spiral induk
  3. Lampit (angkop) tumbuh dari pangkal pilin pokok dan menelungkup pada punggung pilin kemudian daunnya menyebar ada yang tetap menelungkup dan yang menjuntai terbalik, kemudian disambung dengan bentuk lampit yang baru hingga berakhir pada keluk induk
  4. Tunih (tunas) adalah bentuk daun hberupa tunas baru yang tumbuh dari pangkal pilin pokok. Bentuknya menyesuaikan dengan cirri-ciri secara keseluruhan
  5. Pridi adalah bentuk garis lebih besar dari garis ragi tereletak di depan pilinb pokok pada motif bungo tanjung ini bentuknya timbul
  6. Bunga dan buah. Pada motif ini juga mempunyai bentuk buah dan bunga. Jika diamatipun mempunyai kekhasan tersendiri.

Men yelamatkan Warisan Budaya Kuno Raja Ampat

Legenda terbentuknya kabupaten Raja Ampat dimulai ketika suatu hari Raja Waikew menemukan enam butir telur di pulai Waigeo. Dari keenam butir telur tersebut hanya lima yang bisa menetas dan berisi manusia. Sebutir telur gagal pecah dan menjadi batu sampai sekarang. Dari kelima telur yang menetas, empat orang diantaranya adalah laki-laki berhasil menjadi raja. Masing-masing memimpin di wilayah Salawati, Waigeo, Misool dan Batanta. Sedangkan sebutir telur lainnya menjadi wanita dan tinggal di wilayah Biak hingga akhirnya melahirkan putra bernama Gura Besi.

Kabupaten Raja Ampat secara geografis terletak di bagian 'kepala burung' pulau Irian. Kabupaten yang beribukota di Waisai ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Maluku, sebelah barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sorong.

Secara umum Kabupaten yang memiliki jumlah pulau sebanyak 610 buah ini dikelilingi oleh lautan. Sehingga transportasi utama yang dipakai oleh penduduk setempat adalah angkutan laut. Jika Anda berniat mengunjungi Raja Ampat, maka penerbangan terakhir hanya bisa mencapai Sorong. Sedangkan untuk mencapai ibukota Waisai harus menyewa kapal cepat yang saat ini tarifnya berkisar 2 juta rupiah untuk sekali jalan. Jangan khawatir, perahu ini muat sampai dengan 15 penumpang. Jadi biaya yang Anda keluarkan akan jauh lebih murah.

Sejarah Tulang Bawang Lampung

Tulang Bawang yang beribukota Menggala merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung, yang sebagian wilayahnya dilalui oleh jalan Lintas Timur Sumatera, sehingga merupakan salah satu alternative bagi kendaraan/ pengguna jalan yang akan menuju Propinsi/ Kota-Kota lainnya ke bagian utara Pulau Sumatera. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung menjadi perhatian pengguna jalan yang melintasi Kabupaten. 

Pada masa sebelum kemerdekaan kota Menggala disebut sebagai “Paris Van Lampung” karena menurut peta sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara, menggambarkan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, di samping Kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan kerajaan ini, namun catatan Cina Kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4, seorang peziarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya To-Lang Po-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrqse (Pulau Emas Sumatera).

Sampai saat ini belum ada yang dapat memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J.W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagar Dewa) sekitar 30 km dari pusat kota Menggala.          

Lindungi Goa Prasejarah di Konawe Utara

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, meminta bantuan pemerintah pusat untuk melindungi goa-goa prasejarah di wilayahnya. Pemerintah Daerah khawatir, goa-goa itu akan rusak oleh pertambangan dan perkebunan yang makin marak di Konawe Utara. "Ancaman terbesar adalah dari tambang-tambang nikel dan perkebunan sawit. Karena itu, kami mengajukan proposal kepada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk melakukan studi teknis terhadap goa-goa tersebut," ujar Kepala Disbudpar Konawe Utara, Djuhaimin Abu Kasim, di Kendari.

Djuhaimin menambahkan, studi teknis merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi goa-goa tersebut sebelum langkah berikutnya, yakni konservasi situs. Sebagai tahap awal, terdapat dua goa prase jarah yang menjadi target studi teknis, yakni Goa Tanggalasi di Kecamatan Wiwirano dan Goa Oheo, di Kecamatan Oheo. Kedua goa itu diyakini sebagai situs tertua di antara tujuh situs goa prasejarah di Konawe Utara, ujar Djuhaimin . Selain itu, ia menambahkan keduanya juga mendesak diprioritaskan karena sudah terkepung perkebunan sawit. Bahkan, situs Tanggalasi juga sudah masuk dalam areal konsesi tambang nikel salah satu perusahaan.

Di goa-goa prasejarah yang diperkirakan berusia 10.000-40.000 tahun itu, terdapat berbagai peninggalan, seperti guci, keramik, gerabah, tengkorak manusia, serta lukisan-lukisan dinding. Banyak di antara benda-benda itu sudah rusak atau hilang karena penjarahan selama bertahun-tahun.