Minggu, 10 Juli 2011

Kaltim Andalkan Obyek Wisata Budaya

Kaltim kini mengandalkan obyek wisata budaya dan sejarah, mengingat di provinsi itu memiliki keanekaragaman budaya dan banyak terdapat situs bersejarah, salah satunya adalah Museum Mulawarman, Kutai Kartanegara. Tingginya minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata budaya dan sejarah itu diakui Kepala UPTD Museum Mulawarman, A Petrus Ngo, yang didampingi Kasubag TU Riduansyah di Tenggarong.

otal kunjungan wisata khusus ke Museum Mulawarman Tenggarong, Kutai  Kartanegara (Kaltim) pada 2009 mencapai 103.432 orang atau meningkat 18.374 pengunjung ketimbang tahun sebelumnya, yakni 85.058 orang. Data itu tentunya menggembirakan bagi Pemprov Kaltim terkait dengan program Tahun Kunjungan Wisata. Berdasarkan berbagai data terkait kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara itu, Pemprov Kaltim kini menjadikan programnya sebagai Tahun Kunjungan Wisata 2010.

Data pihak Museum Mulawarman menunjukan bahwa kunjungan biasanya meningkat pada awal tahun, yakni pada masa liburan  sekolah dan pada saat pelaksanaan Festival  Budaya Erau. Museum itu merupakan salah satu museum kebanggaan warga Kaltim yang menyimpan sejarah perjalanan Kerajaan Kutai Kartanegara.

Museum Mulawarman menyimpan koleksi  5.373 koleksi  yang terdiri dari klasifikasi geologika 55 jenis, Biologika 155 jenis, Etnografika 2.037 jenis, Arkeologi 43 jenis,  Historika 1.295 jenis, numismatika atau heraldika 880 jenis, filologika 31 jenis, keramologika 581 jenis, seni rupa 197 jenis dan teknologika 99 jenis.
Selain di Kutai Kartanegara, Kaltim juga terdapat beberapa peninggalan kerajaan lain, yakni Kesultanan Bulungan di Kabupaten Bulungan, Kerajaan Gunung Tabur dan Sambaliung di Kabupaten Berau serta Kerajaan Sadurangas di Kabupaten Paser.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim, Firminus Kunum mengatakan daerah eks-kesultanan di Kaltim kini semuanya memiliki museum dan menjadi obyek wisata budaya dan sejarah.


Tak Sadar Miliki Biola Tertua di Dunia

Biola merek Antonio Stradivari buatan tahun 1725 yang ditemukan seseorang di Malang, Jawa Timur, diyakini sebagai salah satu biola tertua di dunia. Ditemukan tepatnya di sebuah pasar rombeng, Kota Malang. Penemunya adalah Mudzoffar (75), warga Jl. Batok Gg I, No 5 Kelurahan Sisir, Kota Batu. Mudzoffar, yang membelinya pada tahun 1957.

Ia membelinya pada seorang lelaki keturunan Tiong Hoa, bernama Om Sui. Waktu itu, Mudzoffar mendapatkan biola itu tanpa senar. Biola tersebut dibelinya dengan harga Rp 7.000. Mudzoffar yang sejak remaja memang hobi bermain musik tak pernah tahu biola yang dibelinya sangat berharga.

"Namun, waktu itu, saat saya membeli biola, saya tidak tahu kalau biola itu adalah biola jenis bagus," akunya, ditemui di rumahnya, Sabtu (9/7/2011). Baru belakangan Mudzoffar mengetahui bahwa biola yang dimilikinya itu alat musik tertua setelah membaca sebuah artikel di internet. "Saat itu saya baru tahu. Lalu saya cek ternyata memang ada tahun pembuatannya di bodi biola ini," katanya, sembari memegang biola tersebut.

Buku Seniman Sastra Dijual di Taman Budaya Kalsel

Selain dapat menikmati beragam jenis hiburan di panggung terbuka Taman Budaya Kalsel, pengujung Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai juga dapat membeli beragam jenis buku milik seniman Sastra Kalsel.

Dari pantauan BPost Online, buku yang dijual tersebut berupa puisi dan cerpen. Salah satunya berjudul Angin Besar Menggerus Ladang-ladang Kami, milik Hajriansyah.

"Kami dari Gabungan Anak Pahuluan (G'anpa) ikut menjualkan buku-buku karya seniman banua, untuk memeriahkan Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai," ujar Arif, salah seorang penjaga stand penjualan buku tersebut. Stand penjualan buku ini, akan buka selama Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai digelar. Yakni dari 7 hingga 16 Juli.