Sabtu, 16 Juli 2011

Seni dan Budaya SIBOLGA

Kota Sibolga adalah kota berbilang kaum, sebutan ini bukan hanya semboyan belaka, masyarakat kota ini terdiri dari berbagai etnis, yang memiliki kekayaan budaya yang beragam. Tercatat kurang lebih 11 (sebelas) suku yang tinggal di Kota Sibolga. Sebagai salah satu kota yang terletak di pesisir pantai, budaya pesisir adalah yang paling mendominasi.

Beragam kegiatan seni dan budaya sampai saat ini masih tetap dipertahankan. Diantaranya seperti, Kesenian Sikambang masyarakat pesisir, merupakan kesenian yang memadukan musik, tarian, senandung, pantun yang paling populer di Kota Sibolga, kesenian sikambang ini biasanya dipertunjukkan pada saat upacara pernikahan, penyambutan, dan hari-hari besar.

Mangure Lawik, merupakan acara budaya yang dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur sekaligus memanjatkan do’a untuk kelestarian laut,dilaksanakan ketika nelayan akan memulaimusim penangkapan ikan, beragam acara budaya ditampilkan pada kegiatan ini. Tarian Tor-Tor masyarakat batak, merupakan seni tari khas masyarakat batak yang dipergunakan pada upacara pernikahan, upacara kematian, dan acara adat lainnya.

Acara Upa-upa, acara yang secara nasional dapat dipersamakan dengan acara tepung tawar, yang intinya sebagai wujud rasa syukur dan saat untuk memanjatkan do’a. Biasanya dilaksanakan pada acara pernikahan, dan penyambutan. Gordang Sambilan masyarakat mandailing, seni musik masyarakat mandailing berupa pertunjukan instrumen gendang yang berjumlah sembilan.

Kesenian Tulo-tulo, merupakan seni tari dari masyarakat nias, biasanya ditampilkan pada hari-hari besar. Kesenian Barongsai, merupakan kesenian dari masyarakat tionghoa, yang memadukan seni tari dan musik.Ditampilkan bersamaan dengan kebudayaan lain di Kota Sibolga, terutama pada saat Hari Jadi Sibolga. Kesenian Talempong masyarakat minang, merupakan seni musik dan tari yang dipergunakan pada acara adat, dan hari-hari besar. 

Islamic Center Bangkinang

Satu lagi daya darik kota Bangkinang, kota yang berjulukan “Kota Beriman” (bersih, indah dan nyaman) ini menawarkan salah satu sarana yang tak kalah hebatnya dengan ibu kota provinsi Riau, Pekanbaru. Jika Pekanbaru mengelu-elukan Masjid Agung Annur-nya yang megah, maka Bangkinang akan terkenal pula dengan ICB (Islamic Center Bangkinang), tentu saja tak kalah megahnya.

Islamic Center Bangkinang (ICB) berlokasi di jalan prof. M.Yamin SH, jalan ini merupakan jalan raya yang menghubungkan dua provinsi, yaitu provinsi Riau dan provinsi Sumatera Barat. Dengan bergoreskan seni arsitektur timur tengah dan memakan luas area sekitar 1,5 hektar, bangunan megah ini menghabiskan dana setidaknya 2 kali lipat APBD Kabupaten Kampar.

Sebuah maha karya yang menjadi icon/ikon kota Bangkinang ini, dibangun atas inisiatif Bupati terdahulu, H. Jefri Nur dan seluruh masyarakat Bangkinang tanpa terkecuali. Dengan menyulap tempat berkumpulnya para remaja kota Bangkinang, menjadi sebuah tempat ibadah yang sarat makna dan hikmah, tempat berkumpulnya para ulama.

Islamic Center Bangkinang (ICB) ini dibangun bukan saja untuk menjadi pusatnya agama Islam, namun juga sebagai taman kota. Jika Anda menyempatkan jalan-jalan di areal ICB, akan terlihat diasana kecerian masyarakat Bangkinang bersama keluarga, terutama di sore hari.

Insya Allah julukan “Serambi Mekkah-nya Riau” akan semakin kuat dengan adanya ICB ini di Bangkinang, Kabupaten kampar. Semoga niat luhur para pencetus ICB dibalas dengan ganjaran yang setimpal oleh Allah Ta'ala dan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang Jihad fi Sabilillah, amin...

Keunikan Musik Melayu Ghazal

Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari sebuah kebudayaan. Sebagai bahasa hati dan ekspresi perasaan, musik merupakan cerminan nilai-nilai dan prinsip-prinsip umum yang mendasari dan menghidupkan kebudayaan secara menyeluruh. Boleh dikata musik merupakan salah satu elemen kesenian yang dipengaruhi tradisi budaya tertentu untuk menentukan patokan-patokan sosial dan patokan-patokan individu, mengenai apa yang disukai dan apa yang diakui oleh masyarakat di mana musik tersebut hidup.

Demikian pula dengan musik Melayu ghazal yang diurai dalam buku karya Asri, alumnus Magister Seni Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta ini. Musik yang awalnya berasal dari semenanjung Arab dan dipengaruhi oleh budaya India ini, mencerminkan pula kepribadian masyarakat di mana musik ini berasal. Irama padang pasir yang mendayu-dayu, diramu dengan tepukan tabla, alunan harmonium, gesekan biola, dan petikan gitar, menghadirkan suasana melankolis yang membuai. Masyarakat Melayu yang pada dasarnya memiliki karakter melankolis, menurut Mahyudin Al Mudra dalam pengantar buku ini, sangat sesuai dengan jenis musik ghazal ini. Ditambah dengan kekayaan pantun mereka, yang juga diadaptasi menjadi lirik lagu, membuat musik ghazal menjadi musik yang mewakili sepenuhnya jiwa dan sikap hidup masyarakat Melayu. 

Rumah Adat Lancang Kampar

Rumah Lancang atau Pencalang merupakan nama Rumah Adat tradisional masyarakat Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Selain Rumah Lancang atau Pencalang, rumah adat tersebut juga dikenal dengan sebutan Rumah Lontik. Disebut Lancang atau Pencalang karena bentuk hiasan kaki dinding depannya mirip perahu, bentuk dinding Rumah yang miring keluar seperti miringnya dinding perahu layar mereka, dan jika dilihat dari jauh bentuk rumah adat itu seperti rumah-rumah perahu (magon) yang biasa dibuat masyarakat. Sedangkan dinamakan Lontik karena bentuk perabung (bubungan) atapnya melentik mengarah langit.

Rumah Adat Lancang merupakan jenis rumah panggung. Tipe konstruksi dipilih agar terhindar dari bahaya serangan binatang liar dan gapaian banjir. Ada kebiasaan masyarakat Kampar menggunakan kolong rumah sebagai kandang ternak, menyimpanan perahu, tempat bertukang, area bermain anak-anak bahkan gudang kayu, sebagai persiapan menyambut Ramadhan. Selain itu, pembangunan rumah berbentuk panggung seperti Rumah Lancang, harus memiliki tangga. Ciirnya mempunyai anak tangga ganjil, lima, merupakan bentuk ekspresi keyakinan masyarakat.

Dinding luar Rumah Adat Lancang seluruhnya miring keluar, berbeda dengan dinding dalam yang tegak lurus. Balok tumpuan dinding luar depan melengkung ke atas, terkadang, disambung dengan ukiran pada sudut-sudut dinding, maka terlihat seperti bentuk perahu. Balok tutup atas dinding juga melengkung meskipun tidak semelengkung balok tumpuan. Lengkungannya mengikuti lengkung sisi bawah bidang atap. Kedua ujung perabung diberi hiasan yang disebut sulo bayung. Sedangkan sayok lalangan merupakan ornamen pada keempat sudut cucuran atap. Bentuk hiasan beragam, ada yang menyerupai bulan sabit, tanduk kerbau, taji dan sebagainya.
 

Minggu, 10 Juli 2011

Kaltim Andalkan Obyek Wisata Budaya

Kaltim kini mengandalkan obyek wisata budaya dan sejarah, mengingat di provinsi itu memiliki keanekaragaman budaya dan banyak terdapat situs bersejarah, salah satunya adalah Museum Mulawarman, Kutai Kartanegara. Tingginya minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata budaya dan sejarah itu diakui Kepala UPTD Museum Mulawarman, A Petrus Ngo, yang didampingi Kasubag TU Riduansyah di Tenggarong.

otal kunjungan wisata khusus ke Museum Mulawarman Tenggarong, Kutai  Kartanegara (Kaltim) pada 2009 mencapai 103.432 orang atau meningkat 18.374 pengunjung ketimbang tahun sebelumnya, yakni 85.058 orang. Data itu tentunya menggembirakan bagi Pemprov Kaltim terkait dengan program Tahun Kunjungan Wisata. Berdasarkan berbagai data terkait kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara itu, Pemprov Kaltim kini menjadikan programnya sebagai Tahun Kunjungan Wisata 2010.

Data pihak Museum Mulawarman menunjukan bahwa kunjungan biasanya meningkat pada awal tahun, yakni pada masa liburan  sekolah dan pada saat pelaksanaan Festival  Budaya Erau. Museum itu merupakan salah satu museum kebanggaan warga Kaltim yang menyimpan sejarah perjalanan Kerajaan Kutai Kartanegara.

Museum Mulawarman menyimpan koleksi  5.373 koleksi  yang terdiri dari klasifikasi geologika 55 jenis, Biologika 155 jenis, Etnografika 2.037 jenis, Arkeologi 43 jenis,  Historika 1.295 jenis, numismatika atau heraldika 880 jenis, filologika 31 jenis, keramologika 581 jenis, seni rupa 197 jenis dan teknologika 99 jenis.
Selain di Kutai Kartanegara, Kaltim juga terdapat beberapa peninggalan kerajaan lain, yakni Kesultanan Bulungan di Kabupaten Bulungan, Kerajaan Gunung Tabur dan Sambaliung di Kabupaten Berau serta Kerajaan Sadurangas di Kabupaten Paser.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim, Firminus Kunum mengatakan daerah eks-kesultanan di Kaltim kini semuanya memiliki museum dan menjadi obyek wisata budaya dan sejarah.