Sabtu, 09 Juli 2011

Sultan Riau Pulau Penyengat Di Tanjungpinang

Penelitian ini dilakukan karena ketertarikan Penulis terhadap akulturasi yang terjadi pada interior Mesjid Sultan Riau di Pulau Penyengat yang didirikan oleh Yang Dipertuan Muda Raja Abdul Rahman (1831-1844 M) pada hari raya Idulfitri 1 syawal 1248 H (1832 M). Interior mesjid berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Melayu Penyengat. Melihat letaknya Penyengat termasuk dalam akar budaya Melayu pesisir yang mengandalkan sektor perdagangan sebagai penunjang perekonomiannya, akses untuk berhubungan dengan dunia luar mengakibatkan adanya kontak budaya. Kontak budaya melalui perdagangan membuka jalan terjadinya percampuran kebudayaan. Hubungan yang semula sekedar hubungan perdagangan akhirnya berkembang menjadi hubungan yang saling mempengaruhi antar budaya masing-masing, terjadilah proses akulturasi budaya yang pada akhirnya ikut membentuk budaya Melayu Penyengat. Akulturasi budaya ini tidak hanya terbatas pada nilai-nilai dan pengetahuan saja, tetapi juga berpengaruh kepada artefak budayanya.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan estetis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan studi kepustakaan dan lapangan melalui survei langsung dilapangan dan wawancara. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data model interaktif yang terdiri dari beberapa tahap, antara lain: pengumpulan data, reduksi data, analisa data dan penarikan kesimpulan. Ketiga tahap tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi pada proses analisa data hingga menemukan kesimpulan yang sesuai dengan rumusan permasalahan penelitian.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interior Mesjid Sultan Riau merupakan percampuran dari budaya lokal dan berbagai pengaruh interior yang datang ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sifat budaya Melayu yang terbuka. Masyarakat Penyengat yang sebagian besar pemeluk Islam, ternyata masih menjalankan tradisi budaya lama sebelum Islam masuk, yaitu animisme-dinamisme dan Hindu-Budha. Disamping itu, sifat masyarakat pesisir yang terbuka juga lebih cenderung untuk menerima budaya yang datang dari luar seperti budaya dari Turki, Persia, India, Arab, Cina, dan Jawa. Hal ini berimbas pada perwujudan interior. Selain terjadinya akulturasi, konsep perancangan interior Mesjid Sultan Riau berdasarkan atas pertimbangan aktivitas ritual yang sesuai dengan ajaran Islam. Demikian juga orientasi ruang interior yang bersumbu (garis) dari Timur ke Barat atau mengarah kiblat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar