Sabtu, 09 Juli 2011

Rasa Religiositas Orang Flores

Pertanyaan utama yang menggelitik rasa ingin tahu saya ketika menerima topik sarasehan ini  adalah, untuk apa menggali ‘rasa religiositas’ sebuah kelompok etnis? Apa sesungguhnya relevansi dan urgensinya? Jawaban atas pertanyaan ini –yang akan diberikan di bagian pengantar ini-- penting sebagai dasar bagi pembahasan selanjutnya. 

Beberapa ahli filsafat kebudayaan, seperti Zoetmulder, Driyarkara, Mangunwijaya, Dick Hartoko (dalam Taum, 1997a: 3) mengungkapkan bahwa awal mula segala ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah rasa religiositas. Dengan kata lain, keinginan untuk memuja Sang Pencipta mendorong terbentuknya kebudayaan setiap etnis. Karena itu, menurut saya, memahami 'rasa religiositas' dari sebuah kelompok etnik merupakan kunci memahami kebudayaan etnis tersebut, karena kebudayaan pada awalnya diabdikan untuk mengungkapkan rasa religiositas tersebut. 
 
Dengan memasukkan faktor budaya dalam upaya menuju ke inkulturisasi (musik) liturgi, berarti ada pengakuan yang lebih tegas dan eksplisit mengenai fungsi budaya. Menurut para ahli kebudayaan seperti Galtung (dalam Taum, 1994a), kebudayaan memainkan peranan yang sangat menentukan dalam pergerakan sosial besar yang mengubah masyarakat.  Menurut saya, hal itu berlaku pula dalam hal religi, yakni  jika kita mau 'mengubah' masyarakat menuju ke semangat Injil yang (lebih) benar.

Untuk mencapai tujuan itu, makalah ini akan membahas lima aspek, yakni: pengantar memahami masyarakat Flores, agama-agama asli di Flores, keutamaan-keutamaan orang Flores, catatan ringkas tentang rasa musikal orang Flkores, dan akan diakhiri dengan catatan tentang inkulturasi  musik di Flores. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar