Jumat, 01 Juli 2011

Panggilan “Daeng” dalam Kebudayaan Luwu/Palopo

Panggilan “daeng” sempat mencuat ke permukaan ketika salah seorang anggota Pansus Century, Ruhut Sitompul, memanggil mantan wakil presiden Jusuf Kalla dengan panggilan “Daeng” dalam salah satu sesi sidang yang menghadirkan Jusuf Kalla. Tindakan Ruhut Sitompul ini sontak menuai kritikan dari anggota Pansus lain yang juga berasal dari Sulawesi Selatan. Lalu apakah Ruhut salah dalam menggunakan panggilan “Daeng”? Untuk penjelasannya silakan merujuk ke tulisan bugishy.

Panggilan “daeng” yang banyak dikenal orang identik dengan kebudayaan Bugis-Makassar. Padahal, di Sulawesi Selatan, panggilan “Daeng” setidaknya digunakan pada dua kebudayaan dengan arti dan makna yang berbeda. Pada kebudayaan Bugis-Makassar, panggilan “Daeng” memiliki arti sebagaimana yang telah diadopsi orang banyak (baca tulisan bugishy), namun pada kebudayaan orang Luwu/Palopo, panggilan “Daeng” memiliki beberapa arti yang tidak bisa dikatakan sama.

Sistem demografi di Indonesia memang tidak mengakui eksistensi suku/kebudayaan Luwu, sehingga komunitas luas yang terdiri dari 21 kecamatan ini dikelompokkan sebagai suku Bugis atau Toraja, padahal mereka memiliki kebudayaan dan adat-istiadat tersendiri yang – meskipun ada kemiripan – berbeda dari suku Bugis, lebih-lebih Toraja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar