Kamis, 30 Juni 2011

Kain Tenun Ikat Adat Sikka Andalan Warga Flores

Tenun ikat masyarakat adat Sikka, Maumere, Flores, merupakan karya seni yang patut mendapat perhatian. Rupanya, selain batik ada juga karya seni anak bangsa yang bisa dibanggakan. Kesenian turun temurun ini telah ada sejak 50 tahun silam.

Proses pembuatannya tidak main-main, menghabiskan waktu kurang lebih 8 bulan (tergantung ukuran, warna dan motif) untuk satu buah sarung tenun siap pakai. Tentu diawali dengan memintal, mewarnai hingga mengikat. "Kami menggunakan bahan dasar yang alami," kata Daniel David, Koordinator Sanggar Bliran Sina, Maumere, Flores saat di House of Sampoerna, 

Pewarnaan dilakukan dengan bahan-bahan alami. Untuk warna merah digunakan akar mengkudu, warna kuning berasal dari kunyit, warna biru mereka ambil dari daun nila, serta warna coklat menggunakan batang pohon kakao. "Mengolah warna tidak bisa sembarangan, supaya warna bisa matang dan tidak mudah pudar," jelas Yustina Neing, master warna biru dan hitam di suku sikka.

Motif tenun dibagi menjadi dua yakni motif tradisional dan motif modern. Motif tradisional merupakan motif-motif yang sakral, masih kental budaya animisme dan dinamisme. Motif modern tidak jauh berbeda, tapi ada beberapa tambahan motif serta ketebalan yang berbeda dengan motif tradisional.

"Setiap daerah mempunyai motif yang berbeda-beda, bahkan lain desa sudah lain motif tenunnya," ujar Daniel menjelaskan keragaman motif tenun ikat di Flores.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar